SpongeBob SquarePants

Rabu, 05 Juni 2013

Jika Subsidi BBM Terlalu Besar, Bisa Jadi Racun

Ilustrasi. (Foto: Koran SI)JAKARTA - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla sempat mengatakan jika subsidi dibiayai dengan utang, hal itu pun sudah menjadi rahasia umum. Jika masyarakat terus disubsidi, bukan tak mungkin mereka menjadi manja dan terlalu enak.

Apalagi, dengan adanya rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BMM) yang nantinya akan disubsidi, maka akan membuat masyarakat menjadi "manja". Jika dibandingkan dengan Negara Nepal, Indonesia merupakan negara yang dimanjakan dengan adanya subsidi.

Ketua Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan mengatakan, di Nepal dengan pendapatan per kapita USD500-USD600, justru tidak ada subsidi untuk bahan bakar minyak.

Di sana, harga BBM sejenis premium sebesar Rp12 ribu ribu per liter, solar Rp13 ribu per liter. Ia yakin, dengan pendapatan per kapita Indonesia sebesar USD3.800, masih bisa dijangkau dan bisnis pengusaha juga relatif tak terlalu terganggu.

"Minimal di Indonesia jangan terlalu besar subsidinya," kata Paulus, dalam keterangannya, di Jakarta, Selasa (4/6/2013).

Dirinya meyakini, kenaikan harga BBM tidak berdampak serius terhadap industri. Malahan, pengurangan subsidi itu akan lebih baik dialihkan untuk mendukung energi alternatif seperti biofuel.

"Saya kira kenaikan BBM tidak terlalu berdampak, pasti positif. Subsidi pemerintah berkurang dan dana itu bisa untuk energi terbarukan, termasuk biofuel," tambah dia.

Paulus pun meminta, dana subsidi yang dialihkan dari minyak itu kemudian bisa dipakai untuk menambah dana riset para pengusaha. "Bisa untuk riset atau yang lain dari dana subsidi," kata dia.

Ia pun mengingatkan jika subsidi terlalu besar, maka akan jadi racun dalam jangka panjang. "Kalau terlalu besar kan racun dalam masyarakat. Tidak bagus," ujar Paulus.

Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi Demokrat Achsanul Qosasi sempat mengatakan, kenaikan BBM dilakukan untuk menyehatkan postur APBN yang sudah terlalu besar dengan beban subsidi.

Menurut dia, subsidi BBM saat ini sudah tidak sehat lagi sehingga harus dikurangi. Dia menegaskan, subsidi dari pemerintah akan tetap ada tapi dialihkan ke sektor yang lebih produktif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar