[PALEMBANG] Alih fungsi sawah
menjadi perkebunan di Sumatera Selatan makin banyak terjadi. Janji menggiurkan
pendapatan membuat petani mengalihkan lahan sawah mereka menjadi lahan
perkebunan sawit.
Kondisi
seperti ini sudah terjadi di banyak kabupaten. Misalnya di Musi Banyuasin,
lahan yang beralih di kabupaten itu, terjadi mulai dari wilayah Primer (P)2-P16
hamparan sawah dapat terlihat jelas telah ditanami sawit yang baru berumur
muda.
Sedangkan
padi yang telah ditanam telah mati akibat tidak adanya air yang mengenangi.
Kondisi itu sangat tampak didesa Bandar agung P16 dipinggir jalan setapak
hamparan sawah sudah banyak menjadi kebun sawit.
Kades
Mulya Sari P5A kecamatan Lalan, Tarsun, kemarin mengakui tidak bisa
melarang warganya untuk menanam sawit di sawahnya. Sebab, warga mengaku selalu
merugi menanami padi di lahan sawah mereka, sehingga mengalihkan pertaniannya
menjadi tanaman sawit, karena lebih menguntungkan.
“Selama setahun untuk sawah panennya hanya sekali,
keuntungannya pun tidak seberapa jika berhasil menanam sawit,” ujar Tarsum.
Selain
itu juga, pada musim kering seperti sekarang ini areal sawah sulit ditanami
padi sehingga warga berinisiatif menanam sawit.
Warga
lainnya, Poniran mengaku kondisi sawahnya kian sulit untuk meningkatkan
produksi. Pendapatan juga tak seberapa. Untuk itu dia tertarik dan mencoba
mengalihkan fungsi sawah dengan tanaman sawit.
Katanya,
dari hitung-hitungan lebih menguntungkan. Apalagi banyak sawah jika musim hujan
kena banjir dan sering pula gagal panen.
“Sudah banyak yang menawarkan saya
untuk tanam sawit, bahkan bisa dibantu bibit dan pupuk. Namun masih pikir-pikir
dulu. Tapi memang terlihat sawit ini menjanjikan,” katanya.
Bila menanami padi agak sulit menyesuaikan diri. Tetapi
menjadikan areal sawit bisa lebih kuat beradaptasi dengan dampak perubahan
iklim. “Kalau tanam padi tidak balik modalnya, belum lagi banyak hama sehingga harus
ditungguin terus. Disini sering terjadi hama babi sehingga warga terpaksa
menunggu disawah,” tandasnya.
Sedangkan
kelapa sawit, modal awal saja yang besar tapi harganya juga bagus dan setelah
itu dapat ditinggal pemiliknya, atau diupahkan dan setelah tiga-empat tahun
bisa menikmati hasilnya. Perawatan jauh lebih mudah. Begitu pendapat petani
pemilik lahan sawah. “Sawit
itu tahan kena banjir dan kemarau,” katanya.
sumber : suarapembaruan.com
Rabu, 26 Juni 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar