SpongeBob SquarePants

Rabu, 26 Juni 2013

Sulit Pelihara Sawah Petani Sumsel Beralih Tanam Sawit

perkebunan kelapa sawit [google]
[PALEMBANG] Alih fungsi sawah menjadi perkebunan di Sumatera Selatan makin banyak terjadi. Janji menggiurkan pendapatan membuat petani mengalihkan lahan sawah mereka menjadi lahan perkebunan sawit.

Kondisi seperti ini sudah terjadi di banyak kabupaten. Misalnya di Musi Banyuasin, lahan yang beralih di kabupaten itu, terjadi mulai dari wilayah Primer (P)2-P16 hamparan sawah dapat terlihat jelas telah ditanami sawit yang baru berumur muda.

Sedangkan padi yang telah ditanam telah mati akibat tidak adanya air yang mengenangi. Kondisi itu sangat tampak didesa Bandar agung P16 dipinggir jalan setapak hamparan sawah sudah banyak menjadi kebun sawit.

Kades Mulya Sari P5A kecamatan Lalan, Tarsun,  kemarin mengakui tidak bisa melarang warganya untuk menanam sawit di sawahnya. Sebab, warga mengaku selalu merugi menanami padi di lahan sawah mereka, sehingga mengalihkan pertaniannya menjadi tanaman sawit, karena lebih menguntungkan. 

“Selama setahun untuk sawah  panennya hanya sekali, keuntungannya pun tidak seberapa jika berhasil menanam sawit,” ujar Tarsum.

Selain itu juga, pada musim kering seperti sekarang ini areal sawah sulit ditanami padi sehingga warga berinisiatif menanam sawit. Warga  lainnya, Poniran mengaku kondisi sawahnya kian sulit untuk meningkatkan produksi. Pendapatan juga tak seberapa. Untuk itu dia tertarik dan mencoba mengalihkan fungsi sawah dengan tanaman sawit. Katanya, dari hitung-hitungan lebih menguntungkan. Apalagi banyak sawah jika musim hujan kena banjir dan sering pula gagal panen.

“Sudah banyak yang menawarkan saya untuk tanam sawit, bahkan bisa dibantu bibit dan pupuk. Namun masih pikir-pikir dulu. Tapi memang terlihat sawit ini menjanjikan,” katanya. 

Bila menanami padi agak sulit menyesuaikan diri. Tetapi menjadikan areal sawit bisa lebih kuat beradaptasi dengan dampak perubahan iklim. “Kalau tanam padi tidak balik modalnya,  belum lagi banyak hama sehingga harus ditungguin terus. Disini sering terjadi hama babi sehingga warga terpaksa menunggu disawah,” tandasnya.

Sedangkan kelapa sawit, modal awal saja yang besar tapi harganya juga bagus dan setelah itu dapat ditinggal pemiliknya, atau diupahkan dan setelah tiga-empat tahun bisa menikmati hasilnya. Perawatan jauh lebih mudah. Begitu pendapat petani pemilik lahan sawah.  “Sawit itu tahan kena banjir dan kemarau,” katanya.

sumber : suarapembaruan.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar